Indoluxe, 18 Juni 2016 telepon berdering tepat pukul
03.00 WIB waktu sahur tiba. Ku kenakan kaos berwarna hijau dengan bercelana
pendek setelah sebelumnya seperti biasa aku mandi. Mandilah yang mampu
menyegarkan isi kepala ini dengan mimpi-mimpi dan bualan yang tak tahu arahnya.
Ribuan air yang menetes mengenai kulitku memasahi seluruh tubuhku, kemudian segera
aku berjalan menuju Ballroom atau sahur corner.
Lift terasa lama tiba, mungkin terlalu banyak orang
yang ada di dalamnya dan terlalu banyak pula pengharapan mereka. Nah, ini tiba
pula lift pengantar sahur. Ketika lift terbuka, benar saja penuh sesak isi di
dalamnya dengan amat terpaksa aku harus menunggu lift berikutnya. Aku keluar
dari lift terlihat pegawai hotel telah menunggu tamu yang hendak memasuki
Ballroom untuk sahur. Raut muka ngantuk mereka terlihat namun karena tuntutan
pekerjaan, mereka harus tetap terjaga. Mereka duduk dan membawa catatan tamu
hotel di atas meja panjang dengan ramah mengecek tamu-tamu yang datang
siliberganti.
“Selamat pagi, bapak. Dari kamar
berapa?”
“Kamar 810, Mas”
“Sendirian ya, pak?!”
“Iya”,jawabku.
Duh, kok tahu kalau aku lagi sendirian. Apa memang
dari wajah ku kelihatan? 😠.Bawa perasaan bener
sahur kali ini, makan ati. Hidangan terparkir memanjang ala resepsi pernikahan
tinggal kasih kursi pelaminan di depan sana menghadap para tamu undangan. Bayangan-bayangan
berseliweran seperti lalu lintas Yogyakarta yang mulai macet, karena banyak
jomblo yang naik motor sendiri menuh-menuhin jalan.
Pukul 08.00 peserta akan memulai pelatihan sesuai
dengan kelas masing-masing. Papan pengumuman diserbu peserta yang hendak
mencari namanya di daftar yang telah ditempelkan di papan whiteboard . Sarjono, namaku terdapat di lembar pertama atas kanan
dengan nomor urut 17, kelas A SMP VIP Lounge Lobby. Setelah melihat daftar
kelompok dan tempat aku kembali ke kamar hotel untuk mempersiapkan pagi nanti.
Aku berjalan pelan masuk kamar karena takut
membangunkan teman sekamarku, beliau Pak Tri Widiarto asal Kebumen. Sahur ku
sendirian karena beliau beragama Nasrani, tidak sopan bila saya sampai
membangunkannya karena langkahku. Begitu cepatnya waktu berlalu hingga tak sadar
sudah siang.
Hari pertamaku memulai pelatihan, sebelum memasuki
ruang VIP Lounge kami antre melakukan presensi terlebih dahulu. Lobby sudah
banyak peserta dengan membawa tas dan berpakain rapi. Kami pun berkenalan, satu
sama lain. Ternyata ada yang berasal dari SMP di Bantul, Kebumen, Sleman,
Cilacap dsb. Mairina seorang guru dari SMP 2 Pleret orang yang aku kenal
pertama kali di kelas ini, ternyata ia adalah teman salah satu guru di SMP
tempatku mengajar, kami akhirnya menjadi satu kelompok diskusi. Peserta memasuki
ruangan, saya pun duduk tidak jauh dari jendela.
Rasa minder kambuh lagi, bagaimana tidak mereka ada
dari Widya Iswara, P4TK, kepala sekolah, sedangkan saya hanya guru yang baru
satu tahun mengajar minim pengalaman. Saya harus bekerja keras pikir ku dan
batinku seraya bergumam. Dua orang datang kemudian duduk di depan menghadap
pandangan kepada kami. Yah, ternyata mereka adalah mentor kami Bapak Hari
Wibowo dan Ibu Dwi Widowati. Bapak Hari berperawakan tinggi besar tetapi dengan
wajah yang ceria membuat kami agak tenang. Ibu Dwi Widowati , calon mertua
hehehe. Beliau ramah dengan perawakan kecil mungil menebar senyum kepada para
peserta mencoba berinteraksi melalui bahasa senyuman.
Bersambung ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar